2010/10/05

Ilmu

Dalam bahasa Arab, istilah “Dajjal” juga lazim digunakan untuk menamakan “nabi palsu” dan “Al-Masih Ad-Dajjal” lebih kurang “Imam Mahdi Palsu” atau dalam kamus Alkitab disebut sebagai “Mesias Palsu” atau “Anti Christ”.

Berbagai hadits menyebutkan jika salah satu kemampuan utama Dajjal adalah menipu manusia. Kelak, di hari kemunculannya, kehadiran Dajjal akan didukung oleh sistem Dajjalistis di mana umat manusia akan digiring dan ditipu mentah-mentah oleh jaringan pembuat opini publik yang menyebutkan Dajjal adalah Imam Mahdi atau Ratu Adil. Banyak media massa di berbagai negara—media cetak, radio, televisi, hingga internet—akan menyebut Dajjal sebagai Ratu Adil, yang akan membawa harapan akan perubahan yang lebih baik. Banyak umat manusia akan tertipu oleh media massa dunia ini dan menjadi pengikut atau pengagum Dajjal.

Sebaliknya, Imam Mahdi yang asli, yang akan membawa perubahan yang hakiki, oleh media massa yang dikuasai sistem Dajjal akan dikampanyekan sebagai seorang pembohong, pendusta, bahkan harus diperangi.
Hanya umat Islam yang memegang tali Allah dengan kuat yang tidak akan tertipu oleh sistem Dajjalistis seperti ini. Sedangkan umat manusia, termasuk orang Islam, yang lebih menyukai dunia dengan segala kenikmatan dan kelezatannya, yang lebih gemar jalan-jalan ke mall ketimbang ke masjid, yang lebih gemar mengusap-usap mobil mewah ketimbang memilin tasbih, mereka semua akan menjadi pengikut Dajjal, bahkan jauh sebelum Dajjal itu sendiri akan muncul. 

Bahkan beberapa di antaranya akan menjadi tim sukses Dajjal yang akan membelokkan hati dan akal manusia agar berpaling dari ajaran Islam yang benar, memalingkan manusia dari akherat, dan menjadikan dunia sebagai surga kehidupannya. Orang-orang seperti ini pandai sekali memutar-mutar lidah, mengutip berbagai dalil Qur’an dan hadits, bahkan lebih pandai ketimbang orang pada umumnya. Namun karena hatinya lebih condong pada dunia maka segala yang keluar dari mulut dan otaknya adalah dunia, dunia, dan dunia.

Fenomena ini sudah ada di depan mata kita sekarang di mana Islam dan umat-Nya dijadikan barang dagangan. Dengan berbagai dalih agama, mereka berupaya keras menghimpun orang dalam barisannya dan setelah itu dijadikan bargainning power (alat tawar) terhadap siapa pun yang dianggap mampu untuk memperkaya diri, keluarga, dan kelompoknya sendiri.

Ketika Obama terpilih menjadi presiden AS, banyak media massa menyebut Obama sebagai harapan baru bagi dunia. Entah kebetulan atau tidak, semboyan kampanye dari Obama adalah Perubahan. Berbagai media massa, termasuk di Indonesia, dengan gencar meliput Obama dan nyaris menyamakannya dengan Ratu Adil. Banyak manusia tertipu oleh sistem sekarang yang memang sudah Dajjalistis ini.

Kita bisa bayangkan, kemunculan Obama dengan tipuan besar yang dilakukan media massa dunia saat ini saja sudah banyak berhasil menyesatkan warga dunia, apalagi nanti jika Dajjal benar-benar muncul dengan dukungan media massa dan industri tren dan opini lainnya seperti industri flm, busana, dan sebagainya. Padahal fakta jika Obama merupakan sekutu setia Zionis-Israel sangat kuat. Namun masih saja banyak orang yang tertipu.

Namun bagi mereka yang kritis, yang memiliki keimanan yang lurus, sejak awal telah mengetahui jika kehadiran Obama tidak akan membawa perubahan apa pun yang signifikan. Bahkan dalam dunia politik ada istilah jika Partai Demokrat-nya Obama dan Partai Republik-nya Bush bagaikan Perampok dengan Perompak. Sami mawon.

Sampai kapan Amerika Serikat bisa dikatakan berubah? Ya, sampai Zionis-Israel hengkang dari Tanah Palestina dan Masjidil Aqsha kembali ke pangkuan kaum Muslimin. Selama AS masih saja melindungi Israel, selama itu sikap Amerika belum bisa dikatakan berubah. Zionis-Israel tidak memiliki hak sebesar biji dzarrah pun atas tanah Palestina! Wallahu’alam bishawab

Tiada ulasan: